Ikhlas itu masti kita jaga pada tiga waktu.
Pertama, adalah ketika kita hendak beramal. Kondisikan dulu hati untuk lurus hanya mengharapkan penilaian Alloh Swt. Mantapkan hati agar benar-benar bersih dari unsur ujub, riya, sum’ah. Ini penting karena betapa licinnya dan halusnya syaitan menggoda kita agar hati kita tergelincir. Padahal baik buruknya, benar salahnya setiap urusan kita adalah diawali dari baik buruknya, benar salahnya hati.
Kedua, adalah ketika beramal. Boleh jadi ketika kita melakukan amal
kebaikan, tiba-tiba datanglah pujian, sanjungan dari orang lain. Tentu
siapapun akan senang jika mendapat pujian dan sanjungan. Tapi, di
sinilah terdapat celah yang rentan membuat kita terlena dan terbuai
sehinga merasa diri hebat dan lupa kepada Dzat yang telah memberi kita
kekuatan, Alloh Swt.
Maka, perlu kita untuk bermujahadah menjaga niat yang sudah kita tekadkan sejak awal. Sehingga kita bisa istiqomah dalam keikhlasan.
Ketiga, setelah beramal. Mungkin ada penghargaan dari orang lain atas prestasi kita. Atau bahkan boleh jadi tidak ada yang memuji, menyanjung kita, malah yang ada justru orang yang tidak menghargai amal kita. Nah, di sinilah hati kita diuji. Hati bisa terbuai oleh penghargaan dari manusia, dan hati juga bisa goyah saat ada yang merendahkan kita.
Bagi orang yang hatinya lurus lillaahita’ala, segala bentuk penilaian manusia itu tidaklah ada apa-apanya dibandingkan penilaian Alloh Swt. Jika dipuji, maka ia akan memuji Alloh dan menyerahkan pujian tersebut kepada Alloh. Sedangkan jika dia dihina, direndahkan, maka ia akan beristighfar, memohon ampunan Alloh karena boleh jadi itu adalah ujian agar dirinya bisa memperbaiki diri dan bersandar hanya kepada Alloh semata.
Maka, perlu kita untuk bermujahadah menjaga niat yang sudah kita tekadkan sejak awal. Sehingga kita bisa istiqomah dalam keikhlasan.
Ketiga, setelah beramal. Mungkin ada penghargaan dari orang lain atas prestasi kita. Atau bahkan boleh jadi tidak ada yang memuji, menyanjung kita, malah yang ada justru orang yang tidak menghargai amal kita. Nah, di sinilah hati kita diuji. Hati bisa terbuai oleh penghargaan dari manusia, dan hati juga bisa goyah saat ada yang merendahkan kita.
Bagi orang yang hatinya lurus lillaahita’ala, segala bentuk penilaian manusia itu tidaklah ada apa-apanya dibandingkan penilaian Alloh Swt. Jika dipuji, maka ia akan memuji Alloh dan menyerahkan pujian tersebut kepada Alloh. Sedangkan jika dia dihina, direndahkan, maka ia akan beristighfar, memohon ampunan Alloh karena boleh jadi itu adalah ujian agar dirinya bisa memperbaiki diri dan bersandar hanya kepada Alloh semata.
No comments:
Post a Comment